WASHINGTON [Mata Pena Pers] – Amerika
Serikat mengakui menggunakan roket mengandung uranium dalam dua serangan
udara tahun 2015 di Suriah. Serangan menggunakan senjata yang dilarang
internasional itu untuk menargetkan truk-truk pengangkut minyak Daulah Islamiyah (IS).
“Saya bisa menekankan telah dipakai uranium yang telah diringankan,”
kata juru bicara Departemen Pertahanan AS (Pentagon), Mayor Josh Jack,
seperti dilansir Al-Jazeera, Rabu (15/02). Dia menambahkan bahwa militer
AS telah menggunakan lebih dari lima ribu roket mengandung uranium
untuk menargetkan truk-truk minyak IS di Dier Zour dan Hasakah.
Dia mengatakan bahwa serangan menggunakan senjata mengandung radio
aktif itu telah menghancurkan ratusan kendaraan militer IS. Serangan
ini sendiri dilakukan setelah AS berjanji tidak akan menggunakan senjata
uranium dalam operasi penggempuran dan pertempuran.
Jack mengaku, putusan menggunakan senjata penghancur di Suriah itu
mengacu pada kondisi di lapangan, tanpa meminta pendapat Presiden Barack
Obama saat itu.
“Langkah ini untuk memastikan kemampuan roket yang digunakan bisa
membakar dan menambah kerusakan konvoi truk yang digunakan IS untuk
memindahkan minyak ilegal,” imbuhnya mengklaim.
Pengakuan terang-terangan ini kembali menunjukkan kebohongan negara
yang menjajah sejumlah negara muslim itu. Baik koalisi internasional
anti IS maupun militer AS sebelumnya menegaskan tidak akan menggunakan
senjata uranium atau kimia.
“Jet AS dan koalisi tidak dan tidak akan menggunkan senjata uranium
yang direndahkan di Suriah dan Irak,” kata juru bicara koalisi, John
Moore, pada Maret 2015.
Perlu dicatat, dalam perang Irak 2003 silam, AS juga mengaku tidak
menggunakan senjata mengandung radio aktif. Akan tetapi, warga dan
anak-anak di wilayah bekas operasi militer AS menderita penyakit cacat
akibat terpapar radio aktif. Hal itu menimbulkan kemarahan lokal dan
internasional. [KBL/AJ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar