YERUSALEM [Mata Pena Pers] – Seorang pasien jantung dari Gaza telah
meninggal dunia setelah menolak tawaran Israel untuk memata-matai
Palestina terkait akses di fasilitas medis.
Ahmed, yang masih berusia tujuh belas tahun lahir dengan cacat
jantung bawaan dan telah menjalani sejumlah operasi. Dia secara teratur
bolak balik dari Jalur Gaza ke Tepi Barat untuk berobat dan menjalani 18
operasi di rumah sakit Israel.
Operasi penggantian katup jantungnya ditunda beberapa kali sampai
akhirnya ia diminta untuk bertemu seorang perwira intelijen di
persimpangan Erez, satu-satunya bagian perbatasan terbuka untuk warga
Gaza untuk dapat masuk ke Israel.
Dalam pertemuan tersebut, Ahmed secara eksplisit mengatakan bahwa
operasi dapat dilakukan jika ia mau bekerja sama dengan aparat keamanan
dan menjadai mata-mata untuk Israel.
Menurut ayah Ahmed, Hassan Shubeir, petugas intelijen Israel
mengatakan agar Ahmed membantu dengan memberikan nama lokasi tertentu di
Gaza. Petugas itu mengatakan akan mengirimnya ke sebuah rumah sakit
Israel jika mau bertukar informasi.
Petugas Israel mengatakan kepadanya bahwa jika Ahmed tidak memberikan
informasi, ia tidak akan diizinkan untuk menyeberang perbatasan.
Ahmed menolak tawaran itu. Ia memilih untuk tinggal di Gaza, yang maknanya sama dengan menandatangani surat kematiannya sendiri.
Saat kembali ke Gaza, kesehatan Ahmed memburuk. Ia pun meninggal dunia bulan lalu. [KBL/MEM]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar