Rabu, 15 Februari 2017

Terungkap Pembantaian 13.000 Tahanan di Penjara Rezim Suriah


SURIAH [Mata Pena Pers] – Sebanyak 13.000 orang digantung dalam lima tahun di sebuah penjara rezim Suriah yang terkenal dekat Damaskus, Amnesty International mengatakan Selasa (07/02/2017), melaporkan Bashar al Assad melakukan “kebijakan pemusnahan,” lansir Aljazeera.
Laporan Amnesty yang memberatkan berjudul “Human Slaughterhouse: Mass hanging and extermination at Saydnaya prison (Rumah Jagal: penggantungan dan pemusnahan massal di penjara Saydnaya),” didasarkan pada wawancara dengan 84 saksi, termasuk penjaga, tahanan, dan hakim.
Ditemukan bahwa sedikitnya seminggu sekali antara tahun 2011 dan 2015, kelompok-kelompok terdiri dari hingga 50 orang dibawa keluar dari sel penjara mereka untuk diadili dengan sewenang-wenang, dipukuli, kemudian digantung “di tengah malam dengan sangat rahasia.”
“Sepanjang proses ini, mata mereka tetap ditutup. Mereka tidak tahu kapan atau bagaimana mereka akan mati sampai jerat ditempatkan di sekitar leher mereka,” tulis kelompok hak asasi.
Sebagian besar korban adalah warga sipil yang diyakini menentang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
“Mereka terus digantung di sana selama 10 sampai 15 menit,” lapor mantan hakim yang menyaksikan eksekusi tersebut.
“Untuk orang-orang yang masih muda, berat badan mereka tidak bisa membuat mereka terbunuh. Asisten Petugas akan menarik mereka turun dan mengistirahatkan leher mereka,” katanya.
Amnesty mengatakan praktek tersebut merupakan kejahatan perang dan kejahatan luar biasa terhadap manusia, kemungkinan besar hal tersebut masih berlangsung.
Ribuan tahanan ditahan di penjara Saydnaya yang dijalankan militer dan merupakan salah satu pusat penahanan terbesar di negara itu. Penjara Saydnaya terletak 30 kilometer (18 mil) di utara Damaskus.
Amnesty mengatakan pemerintah Suriah melaksanakan “kebijakan pemusnahan” dengan berulang kali menyiksa tahanan dan memotong akses makanan, air, dan perawatan medis.
Tahanan diperkosa atau dipaksa untuk memperkosa satu sama lain, dan penjaga akan memberi makan para tahanan dengan melempar makanan ke lantai sel, yang sering tertutup kotoran dan darah.
Satu set “aturan khusus” mengatur fasilitas tersebut: tahanan tidak diizinkan untuk berbicara dan harus mengambil posisi tertentu ketika penjaga masuk ke sel mereka.
“Setiap hari akan ada dua atau tiga orang tewas di sayap kami … Aku ingat penjaga akan bertanya berapa banyak yang tewas. Dia akan mengatakan, “Kamar nomor satu – berapa banyak? Kamar nomor dua…berapa banyak? dan seterusnya,” kata Nader, seorang mantan tahanan yang namanya telah diubah.
Setelah satu hari pemukulan sengit, Nader mengatakan, 13 orang tewas di satu sayap penjara saja.
Salah satu mantan perwira militer mengatakan ia bisa mendengar “gemericik” (darah yang mengucur) saat orang digantung di ruang eksekusi di lantai bawah.
“Jika Anda menempatkan telinga Anda di lantai, Anda bisa mendengar suara seperti menggelegak,” kata Hamid, yang ditangkap pada 2011.
“Kami sedang tidur di atas suara orang yang tersedak sampai mati. Ini keadaan yang normal bagi saya saat itu,” katanya kepada Amnesty.
Kelompok itu sebelumnya mengatakan bahwa lebih dari 17.700 orang diperkirakan telah tewas di dalam tahanan pemerintah di seluruh Suriah sejak konflik di negara itu meletus pada Maret 2011.
Karena itu penemuan 13.000 mati di satu penjara adalah peningkatan yang menyolok.
“Kengerian yang digambarkan dalam laporan ini mengungkapkan operasi tersembunyi, mengerikan, sadis, brutal dan resmi di tingkat tertinggi pemerintah Suriah, yang bertujuan untuk menghancurkan segala bentuk perbedaan pendapat dalam populasi Suriah,” kata Lynn Maalouf, wakil direktur penelitian di kantor Amnesty Beirut.
“Pembunuhan berdarah dingin terhadap ribuan tahanan tak berdaya, bersama dengan program yang dibuat secara sembunyi-sembunyi dan sistematis untuk menyiksa psikologis dan fisik para tahanan yang berada di dalam penjara Saydnaya tidak bisa terus dibiarkan,” katanya.
Penyelidikan oleh PBB tahun lalu melaporkan pemerintah Assad, rezim Syiah Nushairiyah, telah  melakukan “pemusnahan manusia” di penjara tersebut.[JI/AJ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar